Pages

Sabtu, 18 April 2009

Meracau: Ingin

Bahagia itu, CINTA, apakah berarti bila kami, manusia, dapat mereduksi ingin?

Dari sejumlah ingin sederhana: punya rumah, punya mobil, punya segala harta. Hingga ingin yang absurd tak terhingga: sehat jiwa, punya anak saleh yang selalu mendoakan orang tuanya, hingga keterpuasan nafsu-syahwati.

CINTA, entah hingga kapan kami, manusia, belajar bahwa ingin jua yang menjerumuskan moyang kami ke planet ketiga dari matahari ini. Diungsikan dari sebuah jagat surgawi, hanya karena ingin mencicipi ranumnya buah, yang konon bernama kuldi.

Namun mitos di dunia kami pun terpaksa menyalahkan Iblis sebagai kambing hitam. Karena ingin tak punya wujud, tak punya tanduk!

Dalam diriku, CINTA, juga tertanam berjuta ingin. Dari yang sederhana: Rumah sederhana di Menteng atau Tebet; dengan istri cantik yang mampu memenuhi dahaga hati-syahwati, anak-anak sehat-cerdas, dan segala kebutuhan materi lain.

Ada juga ingin yang absurd tak terkira: Memenuhi dahaga intelektual-dan-pengalaman-duniawi untuk mengelilingi planet yang bernama bumi ini.

Namun jika itu masih terasa sulit untuk direduksi, CINTA.. Izinkan saya memiliki ingin, satu saja: Untuk berada dalam pelukanMu.. Dalam rengkuhanMu, CINTA...

Satu ingin saja, CINTA.. Untuk menghilangkan ingin-ingin yang lain.

5 komentar:

  1. Menteng Dalem? Gak ah.. Obama udah pindah, sih..

    BalasHapus
  2. Kan masih ada gw.... Obama aja nyesel pindah, kalo tahu bakal 'tetanggaan' ama Gw dia gak bakal mudik ke Amrik hi...hi...hi...

    BalasHapus
  3. @safrizal: justru obama bersyukur,kalo trus di mendal ntar jadinya cm ky lo.. ga jd presiden..
    @metafora: mau apaan pu? mau? mau? mau?

    BalasHapus