"Gue mulai skeptis dengan kata 'wartawan militan'. Jangan-jangan kata 'militan' itu cuma dijadiin 'alat' oleh korporasi," kata salah seorang teman, wartawan situs berita.
"Biar wartawannya ikhlas dibayar murah, tanpa harus menuntut uang lembur..."kata teman yang lain, wartawan surat kabar harian.
*menghela nafas panjang*
Lalu apa yang membuat kami bertahan hingga tengah malam, walau liputan sejak pagi? Mungkin ada perasaan 'takut kebobolan' dan tidak dapat berita bagus? Atau tidak mau kehilangan momen, yang bisa jadi sangat bersejarah di masa mendatang? Atau malah lebih sederhana: takut dimarahi bos di kantor?
Entah..
Anehnya lagi, beberapa saat setelah percakapan itu teman wartawan lain berucap: "Semoga ini tahun terakhir jadi wartawan.."
Hahaha. Ucapan yang (menurut pengakuannya) diucapkan tiap tahun, sejak bertahun-tahun lalu. Tapi tetap saja dia bertahan jadi wartawan.
Atas alasan apa dia bertahan? Entah. Alasan nasib, barangkali..
and how about you?
BalasHapus:)
BalasHapusme? to the future me surrender... pasrah pada nasib juga, pu...
BalasHapus